How I Stop Being Procrastinator.

riza ramadhan
4 min readSep 15, 2021

--

image source: https://thecreativelife.net/wp-content/uploads/2020/01/shutterstock_601623479.png
source image: https://thecreativelife.net/wp-content/uploads/2020/01/shutterstock_601623479.png

karena belajar mengenal diri dan mencintai diri sendiri adalah proses tiada akhir yang dilakukan selama kita hidup.

Sejatinya kebiasaan ini pernah saya alami ketika saya sedang berada di bangku sekolah, tidak ingat dengan baik tepatnya di tahun keberapa, namun yang saya ingat kebiasaan ini sangat asik ketika saya alami.

Kemudian, ketika memasuki bangku perkuliahan, kebiasaan ini entah bagaimana hilang begitu saja. Tidak pernah ada dorongan untuk menunda-nunda dan bermalas-malasan. Semuanya langsung saya lakukan, baik itu dibidang akademik, organisasi, maupun komunitas. Justru menariknya, saya sering sekali menasihati teman-teman saya yang menunda-nunda aktivitas mereka. Dengan kebiasaan saya ini, saya bisa mendorong diri saya untuk dapat melakukan tugas-tugas dan aktivitas dengan baik. Dengan kebiasaan ini, saya berhasil mendapat posisi strategis di komunitas saya, dipercaya oleh rekan-rekan organisasi saya, dan mendapat nilai akademis yang baik pula di beberapa mata kuliah saya. Dengan mendorong diri saya untuk melakukan segala yang diperlukan tanpa ada kata tapi, terbukti membantu saya menyelesaikan skripsi saya dalam waktu +- 5 bulan. Jika di total dengan pendadaran atau sidang, total nya sekitar 6 bulan. Pada saat itu saya cukup merasa bangga dengan diri saya.

Setelah lulus, saya langsung bekerja di beberapa perusahaan Software lokal, dengan tetap membawa kebiasaan tidak menunda-nunda pekerjaan saya, saya terbilang cukup mampu meng-handle beberapa task dengan baik. Yah walaupun ada beberapa yang molor, tapi itu bukan dikarenakan task yang di tunda. Melainkan faktor-faktor lain yang tidak bisa saya kendalikan.

Kebiasan ini terus saya lakukan dalam beberapa tahun, sampai tibalah pandemi. Beruntungnya saya berada pada perusahaan yang tidak terkena imbas pandemi secara signifikan dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Kalau pun ada imbas terhadap karyawan, ialah flow kerja dan lokasi kerja yang full remote sampai batas waktu yang tidak tentu. WFH membuat saya bias terhadap pekerjaan dan kegiatan bersantai saya dirumah.

Saya selalu beranggapan bahwa rumah adalah tempat untuk istirahat. Kalaupun memang harus bekerja, biasanya hanya untuk pekerjaan yang ringan-ringan saja, dan bukan untuk heavy task. Heavy task ya dikerjakan dikantor dong, bukan dirumah. Cara pandang ini ternyata membuat saya jadi merasa terlalu santai, karena mentang-mentang dirumah, yasudah, saya putar film, saya play youtube, saya kerjakan pekerjaan rumah, saya lakukan hobi saya bermusik, di waktu kerja. Karena terlalu nyaman dirumah, dengan pola pikir seperti yang saya sebut di atas, akhirnya saya suka menunda pekerjaan saya.

Ujung-ujungnya, kebiasaan ini menjadi petaka buat saya. merugikan saya. Terlalu asik bersantai, tiba-tiba H-1 deadline projek. Jika begini harus apalagi ? ya, sistem kebut semalam. Apakah bisa ? jika kepepet, ya bisa.

Kebiasaan seperti ini bersifat repetitif, selalu berulang terjadi dan ujungnya selalu menyesal. Namun jika sudah berada dalam lingkaran kebiasaan tersebut sangat susah menghilangkannya.

Ini hal-hal yang saya rasakan sebagai prokrastinator:

  • stres
  • depresi
  • anxiety
  • sulit tidur
  • mengalami perubahan sifat dan sikap menjadi pendiam
  • menjadi pemarah.

Tapi, meski susah bukan berarti mustahil lepas kan ? Jika mau pasti bisa. Apalagi ketika telah merasakan kerugian dari kebiasaan tersebut. Untuk lepas dari sifat prokrastinasi, ada beberapa langkah yang telah saya lakukan dan terbukti berguna dan membantu keseharian saya untuk merasa lebih baik.

  1. Telusuri alasan kenapa selalu menunda.
    Menurut saya, tidak ada orang yang malas. Pasti ada alasan kenapa orang suka menunda-nunda, dan itu bukan karna malas. Bisa jadi karena tidak suka dengan hal tersebut, atau pernah punya trauma, atau takut karena memiliki pengalaman tidak menyenangkan, atau bisa juga karena takut merasa gagal, dan masih banyak alasan lainnya. Dengan mencari tahu alasan dalam diri, kita sudah selangkah lebih baik dari diri kita kemarin.
  2. Mulai memecah task menjadi lebih kecil.
    Seringkali ketika menghadapi pekerjaan kita melihat secara utuh hal tersebut. Hal ini juga sering membuat kita takut terlebih dahulu sebelum mencoba. Nah, cobalah memecah pekerjaaan menjadi lebih kecil. Semisal, jika pekerjaanmu adalah seorang Software Developer dan task-mu adalah membuat sebuah halaman dengan fungsionalitasnya, mulailah memecah pekerjaan tersebut ke task yang lebih kecil, mulailah dengan header terlebih dahulu, setelah itu buatlah sidebar, kemudian lanjut ke footer, dan lanjutkan seperti itu sampai tanpa kamu sadari kamu telah membuat satu halaman penuh 👌.
  3. Buat To-do List
    Terdengar sepele tapi berguna sekali, terutama buat saya. Saya menjadi pribadi yang lebih baik dengan menulis dan mencatat apa yang akan saya lakukan dan apa yang telah saya lakukan, dibandingkan dengan diri saya dahulu yang tidak pernah mencatat apapun. Manajemen waktu saya menjadi lebih baik.
  4. Simpan Handphone-mu.
    Dalam bekerja, HP adalah distraksi. Sampai saat ini saya selalu mencoba meletakkan HP saya jauh dari pandangan dan jangkauan saya untuk mengurangi distraksi dan menjadi lebih fokus dalam bekerja.
  5. Me Time
    Dalam sehari cobalah lakukan me time, 30–60 menit sehari saya rasa cukup. Ada beragam cara, saya sendiri lebih suka menghabiskan waktu untuk berolahraga dan membaca. Saya senang berlari dan olahraga kalistenik, dan saya suka membaca sekedar untuk menjauhkan diri dari layar.
  6. Baca dan Dengarkan apapun bertema Self Love.
    Buku yang terakhir saya baca adalah buku berjudul Anxiety is my middle name` karya Alvi Syahrin. Buku yang bagus karena sangat mewakili diri saya.
    Dan saya juga sedang mendengarkan channel Youtube Great mind .
    Kedua hal ini sangat saya rekomendasikan 👍👍.
  7. Ibadah
    Perbanyaklah ibadah, karena ibadah jika dilakukan dengan benar sejatinya menenangkan hati dan pikiran, dan tentu saja mendekatkan diri kita kepada Tuhan juga merupakan hal yang baik kan.

Hal-hal diatas telah dan sampai saat ini masih saya lakukan, karena belajar mengenal diri dan mencintai diri sendiri adalah proses tiada akhir yang dilakukan selamanya.

Salam damai teman-teman ✌🏽.

--

--

riza ramadhan
riza ramadhan

Written by riza ramadhan

I care about code, exercise, run, jobs, and mindfulness.

No responses yet